Ke Tokyo, Jepang, kurang afdhol kalau tidak mampir ke Asakusa. Sebuah kuil tua dengan Gerbang Petir yang legendaris siap memukau pengunjung. Belum lagi pasar cinderamata yang memanjakan mata. Yuk mampir!
"Belum afdhol kalau ke Jepang nggak pergi ke Asakusa," kata Munir, seorang warga Indonesia yang telah lebih dari 10 tahun tinggal di Tokyo, Jepang.
Asakusa adalah salah satu tujuan wisata favorit di Tokyo, Jepang. Di kawasan ini terdapat sebuah kuil tua yang dinamakan Kuil Sensoji. Konon, bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 942 dan terletak di Komagata. Namun pada tahun 1635, kuil ini direlokasi ke lokasi saat ini.
Sebelum memasuki kuil, para pengunjung akan melewati sebuah pintu gerbang bernama Kaminarimon yang berarti Gerbang Petir. Di tengah-tengah gerbang tersebut terdapat lampion raksasa berwarna merah.
"Lampion ini dijadikan landmark kuil ini, terkenal di dunia," kata pemandu wisata yang mengantarkan detikcom berkunjung ke tempat ini pada Jumat 15 Oktober 2010.
Dari gerbang Kaminarimon, pengunjung harus berjalan sekitar 250 meter untuk tiba di gerbang Hozomon, yang merupakan pintu masuk Kuil Sensoji. Jalan sepanjang 250 meter itu disebut Nakamise Douri.
Di sepanjang jalan itu terdapat lebih dari 100 kios yang menjadi surga belanja para pengunjung. Berbagai macam pernak-pernik khas Jepang bisa ditemui di lorong ini. Dengan melihat-lihat barang-barang yang dijual, pengunjung tidak akan merasa capek berjalan hingga ke kuil.
Jika Anda lapar atau haus, tidak perlu khawatir. Anda bisa mampir sejenak untuk membeli minuman atau snack untuk mengganjal perut.
Namun jangan dikira Anda bisa berjalan sambil mengunyah makanan. Di kawasan ini, tidak diperkenankan berjalan-jalan sambil makan atau minum. Di sejumlah outlet makanan dan minuman, tertulis pengumuman agar para pembeli makan dan minum di area kios, jangan di jalanan.
Dan aturan itu, sungguh ditaati oleh semua pembeli. Mereka makan dan minum di kios tempat mereka membeli minuman. Tidak ada satupun turis yang tampak menikmati minuman, makanan, atau es krim di jalanan.
"Aturan makan di kios agar tidak kotor," kata seorang penjual es krim di kawasan Asakusa kepada detikcom pada Jumat, 15 Oktober 2010.
Mungkin karena aturan itu juga, kawasan wisata ini sangat bersih dan rapi. Tidak tampak sampah apapun yang tercecer di jalanan.
Di sekitar lorong ini juga terdapat bangunan-bangunan tua yang digunakan sebagai tempat berjualan. Ada juga penduduk asli Jepang yang menempati bangunan-bangunan itu untuk tempat tinggal. Meski bangunan lama, namun lingkungan di Asakusa sangat bersih dan rapi.
Anda yang datang ke tempat ini, bisa langsung saja menuju kuil yang berada sekitar 300 meter dari gerbang utama. Namun jika Anda ingin melihat-lihat lebih dulu, ada semacam pasar seni di kawasan tersebut.
Anda bisa menemukan apapun di tempat ini. Mulai dari sepatu boot, jaket musim dingin, tas, lukisan, dan lain-lainnya. Tapi sebelum memutuskan membeli, sebaiknya Anda memastikan dulu harga di pasaran karena layaknya tempat wisata, biasanya penjual memasang harga lebih mahal dari harga pasaran.
Setelah puas melihat-lihat atau berbelanja, Anda bisa melanjutkan perjalanan menuju kuil. Kuil ini menjadi tempat beribadah pemeluk Sinto. Sebelum masuk ke kuil, pengunjung akan melewati sebuah pintu gerbang lagi.
Di lokasi kuil, terdapat empat patung. Di pintu gerbang kuil terdapat dua patung Dewa Shinto, Fujin dan Raijin. Fujin, Dewa Angin, berada di sisi timur gerbang. Sementara Raijin, Dewa Guntur dan Kilat di sisi Barat.
Patung lainnya berada di balik gerbang. Dewa Budha Tenryu di timur dan Dewi Kinryu di Barat. Di balik gerbang ini juga dijumpai sandal jerami raksasa yang tergantung di dinding gerbang. Konon, sandal tersebut adalah alas kaki Sang Budha.
Sebelum masuk ke kuil, mereka biasanya menyalakan semacam dupa dan ditempatkan di sebuah tempat khusus yang berada di depan kuil.
Selanjutnya, para pengunjung yang ingin bersembayang, membasuh mukanya dengan air yang dialirkan langsung dari mata air pegunungan. Air tersebut juga bisa diminum oleh para pengunjung.
Siapa saja boleh masuk ke kuil tersebut. Tidak ada aturan khusus untuk bisa memasuki area tempat ibadah. Namun untuk yang percaya, para pengunjung bisa melemparkan koin ke kotak khusus yang berada di depan pintu masuk kuil dan berdoa.
Di dalam kuil, para penganut Sinto berdoa di dalam ruangan kecil. Namun tidak semua orang diperkenankan untuk masuk ke ruangan tersebut.
Kuil ini akan semakin ramai pada pertengahan bulan Mei. Saat itu digelar salah satu dari tiga festival tradisional Jepang, Sanja Matsuri. Jika sedang beruntung, di lokasi ini bisa ditemui Yakuza asli yang menari-nari di depan kuil dengan hanya memakai celana dalam saja.
Tertarik?